Menulis Untuk Cita-Cita, Budaya Literasi Sekolah

Seiring semangat sumpah pemuda, dan juga Bulan Bahasa, 74 pelajar SMP Negeri 2 Rejotangan berkumpul di aula sekolah mengikuti kegiatan bertajuk "Penumbuhan Budaya Literasi. SMP Negeri 2 Rejotangan memiliki siswa seluruhnya berjumlah 105, dan menurut pak Budi Harsono, Kepala Sekolah, untuk menumbuhkan budaya literasi ini masih sangat perlu mendorong di sekolah ini. Salah satunya adalah dengan pembiasaan membaca dan menulis, sebagaimana yang dilakukan hari ini, karena budaya literasi akan berdampak di kegiatan belajar mengajar.



Pak Budi di awal acara berdurasi 2 jam ini menunjukkan buku kumpulan puisi murid-murid SMP Negeri 2 Rejotangan untuk memotivasi murid-murid biasa menulis. "Dan tulisan kalian hari ini, akan kita terbitkan seperti buku ini," kata beliau yang disambut tepuk tangan dan seruan-seruan kegembiraan murid-murid.



Berbekal sejumlah informasi dari Kepala Sekolah yang disampaikan sebelum acara, Bunda Zakyzahra Tuga memutuskan untuk lebih menitik tekankan pada motivasi agar mereka mencintai diri, memanfaatkan potensi diri dalam menentukan masa depan, apapun pilihan cita-cita, sesuai dengan spirit Sumpah Pemuda. Bunda memberikan "jimat" dan "kunci pembuka harta karun", demikian bunda istilahkan. Jimat yang berupa "makalah" satu halaman saja, dengan tampilan visual (gambar simbolik) jelas lebih memudahkan mereka menangkap pesan secara cepat. Terutama bagi murid yang kebiasaan membacanya belum terbangun.

Saat sesi menulis di hari itu, bunda tidak memberikan tema yang akan memakan waktu mereka, mengingat waktu yang terbatas, dan tujuan penulisan ini lebih pada motivasi diri. Menulis sebagai release ungkapan yang terpendam selama ini. Itu alasan mengapa menulis buku harian sangat dianjurkan. Bunda meminta mereka menuliskan cita-cita mereka lengkap dengan alasan, bagaimana rencana mereka untuk mencapainya, dan apa yang akan mereka lakukan dengan cita-cita itu.

Untuk memastikan semangat itu, bunda melakukan diskusi-diskusi kecil dari satu kelompok ke kelompok. Di situlah bunda dapat melihat semangat dan antusiasme seluruh murid peserta kegiatan penumbuhan budaya literasi ini. Pertanyaan dan pandangan mereka pun lebih bermunculan saat berada dalam kelompok.


"Jangan menyepelekan dan merendahkan hal yang tampak kecil dan remeh," ujar bunda berulang kali, baik saat dalam forum besar, maupun saat berada di kelompok-kelompok siswa. Ya, saat ini, dengan semangat sumpah pemuda, kembali bunda telah mengajak mereka untuk menelusuri semangat cita-cita, menuliskannya dengan sepenuh jiwa, agar menjadi doa.

Di akhir pertemuan, bunda menyampaikan, tulisan 3-5 paragraf itu masih sangat mungkin untuk dikembangluaskan, sebelum kemudian dibukukan, sebagaimana yang disampaikan pak Budi Harsono di awal acara.

Sukses selalu kawan.
Salam literasi.
Share on Google Plus

About Tjut Zakiyah Anshari

Saat kelas 5 SD (1981) 2 cerpen saya untuk pertama kali dimuat di sebuah majalah. Tahun 2007 saya mendapati anak-anak saya menyimpan sejumlah draft cerita saat usia mereka sama. Fakta itu menguatkan passion saya untuk menulis bersama anak-anak dan mendirikan Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB. Saat ini semakin fokus bukan hanya menulis bersama anak, tetapi juga untuk anak.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.