Storytelling, Citizen Jurnalism dan Pemberantasan Hoaks Memberikan Sebuah Kesan

       Hari kedua pada acara Jimus Literacy Camp lebih menarik dari hari sebelumnya. Pemateri yang mengisi acara workshopnya tidak jauh keren dari pengisi workshop sebelumnya. Beberapa pemateri workshopnya adalah Bunda Tjut Zakiyah, Bapak Subagyo, Bapak Iwan, Kak Anis dan Kak Irwan.

       Bunda Tjut Zakiyah mengisi workshop yang bertema Storytelling di Joglo Demangan pada hari Sabtu, 15 Desember 2018 pukul 10.00 WIB. Workshop kali ini sangatlah menarik untuk kita simak, karena workshop kali ini Bun Cut panggilan akrab Bunda Tjut Zakiyah memberikan beberapa tips supaya dongeng kita mampu menarik perhatian orang yang kita dongengi. Beberapa tips tersebut antara lain ekspresi, bodylanguage, interaksi dengan yang kita dongengi, penguasaan panggung (blocking), dan gerakan sesuai tokoh dalam cerita (movement). Perlu diperhatikan bahwa mendongeng berbeda dengan membacakan cerita. Pada kegiatan mendongeng, seseorang bercerita tentang suatu cerita dengan menerapkan tips-tips mendongeng tersebut. Selain itu juga, Bun Cut menyebutkan bahwa dongeng sebenarnya memiliki banyak manfaat diantaranya adalah mendongeng dapat menyembuhkan semua penyakit psikis, membuat seseorang bahagia, dan mampu memberikan inspirasi kepada orang lain.


Bun Cut (pakai kacamata) bersama peserta workshop

       Workshop selanjutnya adalah tentang Citizen Jurnalism dengan pematerinya adalah Bapak Subagyo. Acara tersebut mulai pukul 14.00 WIB yang bertempat di homestay Kang Maman. Kelas workshop ini sangatlah seru dan tetap santai. Pemateri membagikan pengalamannya selama menjadi penulis berita dan editor.

       Pemateri menyampaikan bahwa untuk menjadi seorang jurnalis haruslah netral dalam menyampaikan berita, artinya berita tersebut tidak memihak siapapun. Berita yang disampaikan juga harus berdampak luas bagi masyarakat. Penyampaian berita haruslah mampu memberikan sumber lebih dari satu sumber pada berita tersebut sehingga pembaca mampu memberikan sebuah fakta dari beberapa narasumber yang telah diwawancarai, karena pada dasarnya menulis sebuah berita haruslah mampu dipertanggungjawabkan. Jika kita meliput suatu berita tentang perseteruan antara dua pihak, sebagai seorang jurnalis haruslah mampu menyampaikan berita berdasarkan fakta dari masing-masing pihak yang berseteru dan tetap memegang prinsip netral.


Pak Subagyo memberikan materi di kelas workshop 

       Penyampaian berita yang bagus itu memiliki judul yang telah menyimpulkan isi berita tersebut, sehingga jika kita membaca judulnya saja, kita mengetahui apa yang akan dibahas dalam berita tersebut. Sisi lainnya dapat dilihat pada kepala beritanya. Kepala berita yang baik akan merangkum seluruh isi berita dengan mencantumkan 5W+1H. Selain itu semua, berita yang baik dapat kita ketahui dari penyampaian kalimatnya, yakni kalimat dalam berita yang baik itu menggunakan kalimat aktif daripada menggunakan kalimat pasif. Berita-berita yang disampaikan oleh seorang jurnalis juga harus mampu memberikan kontrol sosial kepada masyarakat. Jika ingin menjadi seorang jurnalis yang profesional hal pertama yang harus ditanamkan dalam diri adalah sikap kepekaannya.

       Kelas diskusi sore pukul 16.30 diisi oleh tiga narasumber sekaligus, yakni Kak Anis, Bapak Iwan dan Kak Irwan yang menyampaikan tentang pemberantasan berita hoaks. Diskusi ini berada di Kantor Posyandu, Desa Sidowayah, Klaten. Kelas ini tak hanya para remaja yang mengikutinya tetapi juga ibu-ibu dan lansia. Hal ini dapat dilihat bahwa pemberantasan berita hoaks sangat penting karena akan berdampak buruk jika masih ada berita hoaks. Sebenarnya semua berita hoaks yang tersebar ada pihak yang membuatnya. Mereka tertarik membuatnya karena bisnis membuat berita hoaks sangat menguntungkan. Terdapat tujuh jenis hoaks diantaranya adalah satir, konten menyesatkan, konten tiruan, konten palsu, konten salah, konten dimanipulasi dan koneksi salah. Cara mengatasi permasalahan berita hoaks tersebut, berdasarkan ketiga narasumber yang menyampaikannya adalah dengan mengembalikan kepada nurani kita, memeriksa berita tersebut apakah bermanfaat bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain, periksa juga sumber dan redaksinya. Sekarang, ada cara yang lebih terjamin kebenarannya dan mudah daripada beberapa cara diatas yakni dengan mengecek suatu berita apakah berita tersebut hoaks atau tidak dengan sebuah aplikasi yang telah dibuat oleh MAFINDO. Aplikasi tersebut adalah HBT atau Hoax Buster Tools.


Kak Anis (baju merah), Bapak Iwan (baju biru), Kak Irwan (pakai topi)

       Pada hari terakhir di Jimus Literacy Camp, tepatnya hari Minggu, 18 Desember 2018 dilaksanakan beberapa kelas workshop kembali. Pada ujung rangkaian acara tersebut semua teman-teman relawan mengadakan upacara perpisahan yang bertempat di Balai Desa Jimus. Suka, duka dan haru larut menjadi suasana penutupan rangkaian acara literasi kali ini. Tak ketinggalan juga teman-teman dari Pena Ananda Club menyembahkan dua lagu pada akhir acara. Lagu pertama adalah lagu karya Kak Zaqi yang berjudul “Hari Cita-Cita” dan lagu kedua adalah lagu persembahan khusus untuk acara Jimus Literacy Camp.

       Acara besar ini telah memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada kami semua teman-teman dari Pena Ananda Club, khususnya bagi saya. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan. Mulai dari berangkat, tiba di Klaten, menginap di homestay yang disediakan oleh panitia, mengikuti  rangkaian acara mulai dari awal sampai akhir, dan ketika perjalanan pulang. Keseruan yang hadir tak bisa lepas dari kekompakan semua teman-teman. Terimakasih untuk Bunda Tjut, temen-temen Pena Ananda Club yakni Kak Ridi, Kak Zaqi, Kak Cintia, Kak Nikita, Dek Tana, Hevy, Diana dan semua temen-temen dari Jimus yang sangat ramah dalam menghangatkan suasana di Jimus Literacy Camp. Merasa beruntung bisa mengikuti seluruh rangkaian acaranya bersama beliau-beliau semua yang hebat dan semua teman-teman yang keren.
Share on Google Plus

About Fitria Nindy

    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 comments:

  1. Banyak banget ya pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi. Jelas banget betapa kayanya dunia literasi yang oleh sebagian besar orang masih belum dianggap isu yang seksi. Tapi, JLC menunjukkan, betapa seksinya mendongeng, menjadi jurnalis warga, dan bisa memanfaatkan teknologi IT dengan bijak, kreatif dan produktif. Kerja-kerja literasi itu menantang, menyenangkan, dan menggairahkan.... Hehehe

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.