Milad Pertama Bersama Golagong [1]

Setelah lebih dari 6 bulan berusaha memperkenalkan kegiatan-kegiatan literasi dari satu sekolah ke sekolah lain, dan menerima beragam respon dari positif hingga negatif, Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB menilai perlu adanya satu gebrakan yang dapat membuka pintu dan mata kesadaran para pendidik tentang perlunya kegiatan literasi dihidupsuburkan di lingkungan sekolah. Karena sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak, dan guru adalah orangtua kedua bagi mereka.

 
Golagong dan Piter Tamba (Banten TV) sedang berfoto dengan peserta workshop, 31 Juli - 1 Agustus 2009. (Foto: Dok. Pena Ananda Club)

Persiapan kegiatan penggebrak ini sangatlah singkat. Awal tahun 2009. Saat itu Zakyzahra sebagai ketua lembaga berencana hendak menggelar pelatihan menulis bagi para guru se Kabupaten Tulungagung. Awalnya hendak mengundang Asma Nadia. Namun karena kepadatan jadwal perempuan penulis best seller ini, dan beruntung bertemu dengan penulis best seller lainnya, Golagong, akhirnya keputusan jatuh pada penulis novel Balada Si Roy.

Beruntung, komunikasi menjadi sangat mudah dengan bantuan media sosial, facebook. Terlebih pada saat itu, Golagong tidak hanya akan memberikan pelatihan kepenulisan saja, tapi juga strategi sekolah untuk mengembangkan budaya baca dan mengembangkan kreativitas multimedia melalui perfilman. Golagong tidak akan sendiri, ia akan mengajak seorang kawan bernama Piter Tamba. Setelah menyepakati beberapa hal, akhirnya keputusan telah bulat, gebrakan itu berupa Workshop Baca dan Kepenulisan Bersama GOLAGONG.
Publikkasi pertama, masih tercantum pelaksanaannya tanggal 18-19 Juli 2009. Setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung, waktu pelaksanaan diubah tanggal 31 Juli - 1 Agustus 2009. (Foto: Dok. Pena Ananda Club)

Saat ketua lembaga bersilaturrahim dengan Bapak Winarto, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung dan menyampaikan gagasan-gagasan pengembangan literasi di sekolah-sekolah di Tulungagung. Diskusi cukup hidup, karena bapak Win sendiri sangat menyukai dunia membaca dan menulis. Sempat beliau menyampaikan harapan untuk mengundang penulis Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung berjanji untuk dapat menghadirkan minimal 100 orang guru dan pengelola perpustakaan sekolah. Bagaimana pun juga, saat itu, Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB masih sangat muda. Sumber daya yang dimilikinya pun masih sangat minim. Secara jejaring, hanya ditopang dari jejaring personal dari ketua lembaga. Mitra media pun masih Radio Cahaya FM sebagai satu-satunya mitra, berhubung pengelolanya menjadi salah satu pendiri sanggar. Kegiatan ini murni swadaya. Sehingga, dengan berbagai perhitungan, minimal 100 peserta akan memenuhi seluruh pembiayaan yang dibutuhkan.

Keuntungan finansial?
Saat itu Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB sama sekali tidak berpikir untuk mendapatkan keuntungan sepeserpun. Tujuannya murni bagaimana ide literasi (membaca, menulis, dan mendokumentasikan melalui film) dapat diterima oleh stakeholder pendidikan formal, terutama sekolah. Perlu sosok yang berpengaruh untuk mentransfer gagasan dan semangat literasi. Dan pilihan itu jatuh pada Golagong.

(bersambung)
Share on Google Plus

About PENA ANANDA CLUB

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.